skip to main |
skip to sidebar
Read More => Dateng Mriki →TUGAS DAN PERAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Jumat, 21 Februari 2014
TUGAS DAN PERAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
TUGAS DAN PERAN GURU DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan
Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh
Adams & Decey dalam Basic Principles
Of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan, partissipan, ekspeditor, perencana,
suvervisor, motivator, penanya, evaluator dan konselor.
A. TUGAS GURU
Guru
memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas
tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru
dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua.
Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang
diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama
dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal
akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah
posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang
tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak
dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya
semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang.
Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di
masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari
"citra" guru di tengah-tengah masyarakat.
B. PERAN PENDIDIK DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 5 bahwa
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan menurut ayat 6
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Proses
belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti,
setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita
mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula
proses belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Dalam hal ini pengaruh dari peran
seorang pendidik sangat besar sekali. Di mana keyakinan seorang pendidik atau
pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar
dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek
teladan mental pendidik atau pengajar berdampak besar terhadap iklim belajar
dan pemikiran peserta didik yang diciptakan pengajar. Pengajar harus mampu
memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh
kuat pada proses belajarnya. (Bobbi DePorter : 2001)
Proses
pendidikan merupakan totalitas ada bersama pendidik bersama-sama dengan anak
didik; juga berwujud totalitas pengarahan menuju ke tujuan pendidikan tertentu,
disamping orde normatif guna mengukur kebaikan dan kemanfaatan produk perbuatan
mendidik itu sendiri. Maka perbuatan mendidik dan membentuk manusia muda itu
amat sukar, tidak boleh dilakukan dengan
sembrono atau sambil lalu, tetapi benar-benar harus dilandasi rasa
tanggung jawab tinggi dan upaya penuh kearifan.
Barang siapa
tidak memperhatikan unsur tanggung jawab moril serta pertimbangan rasional, dan
perbuatan mendidiknya dilakukan tanpa refleksi yang arif, berlangsung
serampangan asal berbuat saja, dan tidak disadari benar, maka pendidik yang
melakukan perbuatan sedemikian adalah orang lalai, tipis moralnya, dan bisa
berbahaya secara sosial. Karena itu konsepsi pendidikan yang ditentukan oleh
akal budi manusia itu sifatnya juga harus etis. Tanpa pertanggungjawaban etis
ini perbuatan tersebut akan membuahkan kesewenang-wenangan terhadap
anak-didiknya. Peran seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan
ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan
UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39 ayat 2.
Di samping
itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab,
bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan peserta didik
Di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting
dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai
peserta didik. Dalam proses pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada
hakikatnya inti persoalan psikologis terletak pada peserta didik, sebab
pendidikan adalah perlakuan pendidik terhadap peserta didik dan secara
psikologis perlakuan pendidik tersebut harus selaras mungkin dengan keadaan
peserta didik. (Sumardi Suryabrata : 2004)
C. PERAN PENDIDIK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
WF Connell
(1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2)
model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator
terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan
terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang yang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang yang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat
diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak
bersifat spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari (Majid,
2005). Kegiatan belajar mengajar melibatkan fase transformasi pengetahuan dari
yang mengajarkan kepada yang diajarkan. Transformasi dalam proses belajar
mengajar tersebut tidak terlepas dari peran seorang guru. Menurut Burner
(Nasution, 2005), dalam proses belajar pada
fase transformasi, informasi harus dianalisis,
diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat
diperlukan. Menurut Arikunto (2005) guru adalah orang yang paling penting
statusnya di dalam kegiatan belajar-mengajar karena guru memegang tugas yang
amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas.
Dalam proses
belajar mengajar (PBM), posisi guru sangat penting dan strategis, meskipun gaya
dan penampilan mereka bermacam-macam. Menurut Claife (Syah, 1995), guru adalah:
...an authority in the disciplines relevant to education, yakni pemegang
hak otoritas atas cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan
pendidikan.
Model ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar siswa
merupakan akibat hasil kegiatan guru mengajar dalam konteks PBM. Namun demikian
tidak tertutup kemungkinan adanya proses belajar siswa tanpa melibatkan
kegiatan guru. Setiap guru mengajar membutuhkan murid belajar, tetapi tidak
setiap murid belajar memerlukan guru mengajar (Syah, 1995).
Proses
belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses belajar-mengajar
mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi
dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak
sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan
menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak
hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher),
seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning
manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di
mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk
menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai
prestasi setinggi-tingginya.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau
pengajaran, masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses
pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh
komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi
seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang
diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui
alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari
alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah
kehidupannya.
Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju
pertumbuhan penduduk yang cepat (di Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah
juta lahir manusia baru dalam satu tahun) dan kemajuan teknologi di lain pihak,
di berbagai negara maju bahkan juga di Indonesia, usaha ke arah peningkatan
pendidikan terutama menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan
teknologi. Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem
belajar jarak jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan
pembelajaran yang menggunak system E-learning (electronic
learning) yaitu pembelajaran baik secara formal maupun informal yang
dilakukan melalui media elektronik, seperti internet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan lain-lain (Lende,
2004). Akan tetapi, e-learning pembelajaran
yang lebih dominan menggunakan internet (berbasis web).
Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan.
Sebagai contoh dalam pengajaran modul, peranan guru sebagai pembimbing belajar
justru sangat dipentingkan. Dalam pengajaran melalui radio, guru masih
diperlukan terutama dalam menyusun dan mengembangkan disain pengajaran.
Demikian halnya dalam pengajaran melalui televisi.
Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru
selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya
akan berbeda sesuai dengan tuntutan sistem tersebut. Dalam pengajaran atau
proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor.
Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan
pengajaran di sekolah.
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran
seorang guru sangatlah signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru
dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar,
manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan
dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi
guru sebagai:
1)
Demonstrator
2)
Manajer/pengelola
kelas
3)
Mediator/fasilitator
4)
Evaluator
1) Guru
sebagai demonstrator
Melalui
peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu
yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah
bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar
terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai
ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator
sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya
ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.
2) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan
siswa secara aktif untuk belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang
mendahului antara mengajar dan belajar karena masing-masing memiliki peran yang
memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya. Keberhasilan/kesuksesan
guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar, demikian juga
keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam
mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan
pandangan (Ad. Rooijakkers, 1990:1). William Burton mengemukakan bahwa mengajar
diartikan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada
siswa agar terjadi proses belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting
dalam mengelola kelas agar terjadi PBM bias berjalan dengan baik.
Mengajar adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan guru
dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan
yang hendak dicapai oleh guru yaitu agar siswa memahami, mengerti, dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan mengajar juga diartikan
sebagai cara untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku
seorang siswa (Muchtar & Samsu, 2001:39).
Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau
belajar, baik dalam jam pelajaran tersebut atau sesudah materi dari guru ia
terima. Menurut Sagala (2003:12), belajar adalah kegiatan individu memperoleh
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa
sama-sama mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu
interaksi yang aktif dalam PBM di kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan
dalam mengajar. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi dalam diri
siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut merespon situasi
tertentu yang ia hadapi (Corey, 1986:195)
Siswa sebagai subjek belajar, mempunyai
pandangan/harapan dalam dirinya untuk seorang guru yang mereka anggap sukses
mengajar di kelas. Apa sajakah pandangan para siswa tersebut? Menurut Etiwati
seorang Guru SMK PENABUR yang penulis kutip dari situs SMK 4 PENABUR dia
menyebutkan bahwa para siswa menilai guru yang sukses mengajar itu adalah guru
yang:
- tidak membuat siswa bosan dan takut
- mempunyai selera humor
- tidak mudah marah
- mau diajak berdialog dengan siswa
- menghargai pendapat siswa dan tidak mudah menyalahkan
- menghargai keberadaan siswa
- tidak pilih kasih terhadap siswa
- menguasai & menjelaskan materi dengan baik dan dimengerti oleh siswa serta mau memaparkan kembali ketika ada siswa belum jelas/belum paham.
Ternyata
beragam pendapat siswa tersebut tidak ada satupun yang menganggap kesuksesan
seorang guru jika seluruh kelas tuntas saat uji ompetensi/ulangan. Jika
demikian, apakah ketuntasan dalam ujian menjadi tidak perlu? Para siswa
menjawab bahwa ketuntasan dalam ujian merupakan bagian tanggung jawab siswa
dalam belajar karena hal tersebut berhubungan dengan keberhasilan individu.
Namun, sebagai guru, kita pun tentu tidak akan melepaskan tanggung jawab atas
hasil belajar siswa.
Selain
siswa, penulis pun dapat sedikitnya menggambarkan pendapat para guru tentang
topik tersebut. Bapak & ibu guru berpendapat bahwa mengajar dengan
sukses itu:
- jika siswa dapat menerima materi/bahan ajar dan hasilnya sesuai target yang diharapkan,
- jika siswa antusias menyimak dan memberikan pertanyaan mendalam tentang materi yang mereka terima serta mengaplikasikannya,
- jika program tercapai tepat waktu, materi dapat diterima siswa, dan terjadi perubahan dalam diri siswa
- jika mampu membuat siswa mengerti apa yang diajarkan oleh guru serta ada perubahan dalam diri siswa, dan mereka me rasa nyaman dalam PBM,
- jika dapat menyampaikan materi dengan cara/metode yang baik dan menarik, siswa memahami serta merespon dengan positif, aktif, dan hasil evaluasinya baik,
- jika suasana kelas kondusif untuk belajar,
- jika ada interaksi dalam PBM secara aktif, perubahan terjadi pada semua aspek.
Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan
bahwa mengajar dengan sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada
siswa dengan media dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar
yang kondusif dalam kelas sehingga tercipta interaksi belajar aktif.
Dengan begitu akan terjadi proses perubahan dalam diri siswa bukan hanya pada
hasil belajar tetapi juga pada perilaku dan sikap siswa.
Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya
semata-mata memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif saja, tetapi di
dalamnya harus ada perubahan berpikir, sikap, dan kemauan supaya siswa
mau terus belajar. Timbulnya semangat belajar dalam diri siswa untuk
mencari sumber-sumber belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru
sukses mengajar siswanya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam siswa termotivasi untuk mau
terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia pembelajar.
Caranya? Sebagai guru mari kita mau membuka diri dan melihat secara jernih apa
yang menjadi harapan siswa dalam diri kita
3) Guru
sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai
mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media
pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan
merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan.
Sebagai
fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar
yang kiranya berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar-mengajar, baik yang berupa
narasumber, buku teks, majalah ataupun surat
kabar.
4) Guru
sebagai evaluator
Dalam dunia
pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada
waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan tadi orang selalu
mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak
terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.
Peran Seorang Guru Secara Umum
1. Guru
sebagai pendidik
Guru adalah
pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Guru
sebagai pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh
berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan
guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru
dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu, guru
harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha
lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang
perlu dilakukan guru dalam pembelajaran:
1. membuat ilustrasi
2. mendefinisikan
3. menganalisis
4. mengsintesis
5. bertanya
6. merespon
7. mendengarkan
8. menciptakan kepercayaan
9. memberikan pandanganyang bervariasi
10. menyediakan media untuk mengkaji materi standar
11. menyesuaikan materi pembelajaran
12. memberikan nada perasaan
3. Guru
sebagai pembimbing
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan
kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut, pertama, guru
harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua,
guru harus melihat keterlibatan peserta didikdalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak
hanya secara jasmaniyah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga,
guru harus memaknai kegiatan belajar. Keempat, guru harus melaksanakan
penilaian.
4. Guru
sebagai pelatih
Guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas
untuk melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan
kompetensi masing-masing. Pelatihan yang dilakukan, di samping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya. Untuk itu
guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidah setiap hal
secara sempurna, kerena hal itu tidaklah mungkin.
5. Guru
sebagai penasihat
Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik,
bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihatdan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang.
Menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi
penasihat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun
meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada
gurunya. Dan, makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak
kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat dan
kepercayaan diri.
6. Guru
sebagai model atau teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta
didik dan semua orang yang menganggap dia sebagi guru. Sebagi teladan, tentu
saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik
serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagi
guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian, dan
bila perlu didiskusikan para guru.
1. sikap dasar
2. bicara dan gaya bicara
3. kebiasaan bekerja
4. sikap melalui pengalaman dan
kesalahan
5. pakaian
6. hubungan kemanusiaan
7. proses berpikir
8. selera
9. keputusan
10. kesehatan
11. gaya hidup secara umum
7. Guru
sebagai pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan,
guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan
kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat disbanding
profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa "guru bisa
di gugu dan di tiru". Di gugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan
guru bias dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau
diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus
mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat, tempat
melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
8. Guru
sebagai peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaanya
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu
diperlukan berbagai penelitian, yang di dalamnya melibatkan guru. Oleh karena
itu, guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu
bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subyek
pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia
berusaha mencarinyamelalui kegiatan penelitian. Usaha mencari sesuatu itu
adalah mencari kebenaran, sepertiseorang ahli filsafat yang senantiasa mencari,
menemukan dan mengemukakan kebenaran
9. Guru
sebagai motivator
Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan
menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan anak didik . penganekaragaman cara belajar memberikan
penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk
lebih bergairah dalam belajar.
10. Guru
sebagai pendorong kreativitas
Sebagai orang yang kreatif, guru menadari bahwa
kreatifitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya di
topang, di bombing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu, ia sendiri adalah
seorang creator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. akibat
dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih bik dari
yang telah di kerjakan sebelumnya dan apa yang akan di kerjakan di masa
mendatang lebih baik dari sekarang.
11. Guru
sebagai pembangkit pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan
berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang
keagungan kepada peserta dididiknya. Mengemban fungsi ini guru harus terampil
dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap
langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya di laksanakan untuk menunjang
fungsi ini. Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan pandangan tentang
kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri tidak memilikinya. Oleh karena
itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakekat manusia dan setelah
mengenalnya akan mengenal pula kebesaran allah yang menciptakannya.
12. Guru
sebagi pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan
tertentu, serta kegiatan rutin yang amat di perlukan dan seringkali
memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, mak bias
mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
Sedikitnya
terdapat 17 kegiatan rutin yang sering dikerjakan guru dalam pembelajarn di
setiap tingkat, yaitu:
1. bekerja tepat waktu baik diawal maupun akhir pembelajaran
2. membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan dan
jadwal waktu
3. membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peerta didik
4. mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab
5. mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan tahunan
6. mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok, termasuk diskusis
7. menetapkan jadwal peserta didik
8. mengadakan pertemuan dengan orang tua dan dengan peserta didik
9. mengatur tempat duduk peserta didik
10. mencatat kehadiran peserta didik
11. memahami peserta didik
12. menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran
13. menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik dan alumni
14. menciptakan ikhlas kelas yang kondusif
15. melaksanakan latihan-latihan pembelajaran
16. merencanakan program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyawisata
17. menasehati peserta didik
13. Guru
sebagai seorang aktor
Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang
ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan
disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang actor akan
mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa
pula menangis terbawa oleh penampilan sang actor. Untuk bisa berperan sesuai
dengan tuntutan naskah, dia harus menganalisis dan melihat kemampuannya
sendiri, persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek baru
dari setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tat arias sebagaiman yang
diminta, dan kondisinya sendiri untuk menghadapi ketegangan emosinya dari malam
ke malam serta mekanisme fisik yang harus ditampilkan.
14. Guru
sebagai pengawet
Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia
terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di
masa depan. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan tugas pendidikan yang lain,
yaitu pembekalan individu agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat dan mampu
memberikan sumbangan bagi kehidupan di masa depan. Upaya pelestarian dilakukan
melalui pembekalan terhadap calon-calon guru. Untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia
terdahulu, dikembangkan salah satu sarana pendidikan yang disebut kurikulum,
yang secara sederhana diartikan sebagai program pembelajaran
15. Guru
sebagai supervisor
Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan
menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Tehnik-tehnik supervisi harus
guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar
mengajar menjadi lebih baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan
hanya karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, atau karena memiliki sifat-sifat
kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang disupervisinya.
D. PERAN GURU SECARA PRIBADI
Dilihat dari dirinya sendiri, seorang guru harus berperan sebagai berikut :
• Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi didalamnya.
• Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
• Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswanya.
• Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
• Pemberi keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
Dilihat dari dirinya sendiri, seorang guru harus berperan sebagai berikut :
• Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi didalamnya.
• Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
• Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswanya.
• Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
• Pemberi keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
Lencana Facebook
Followers
Labels
- Kesehatan (3)
- Lirik Lagu (3)
- Pendidikan (5)
- perasaanku (1)
- puisi ku (3)
- Wisata Kediri (1)
Diberdayakan oleh Blogger.
Popular Posts
-
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL / CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lat...
-
TUGAS DAN PERAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Kegiatan Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemuka...
-
Sumber: Diterjemahkan dari buku aslinya Instructional Technology: The Definition and Domains of the Field oleh: Dra. Dewi S. Praw...
-
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan...
-
I was a foolish little child Crazy things I used to do And all the pain I put you through Mama now I'm here for y...
Blog Archive
About Me
![Foto saya](http://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVJX9jvlK4zq_NVJ9OA3ANOLOSd8gMqMfvbuB7Qww2kOR7H_aUovSYnyoKp2E4LhXXY_7vUa63IAzVOupw5wwsIZejwp-CB60AgH7JL46JcLtneoY0TQjVovWJkVDQIg/s220/Foto0647.jpg)
- achiiwa berbagi
- Senyum adalah ibadah Jadi tersenyumlah senyampang masih bisa tersenyum